Untukmu,
untukku, untuknya, kita…
Jikalah derita akan menjadi masa lalu
pada akhirnya
Maka mengapa mesti dijalani dengan
sepedih rasa?
Sedang ketegaran akan menjadi lebih
indah dikenang nanti
Jikalah sedih akan menjadi masa lalu
pada akhirnya
Maka mengapa tak dinikmati saja
Sedang ratap tangis tak akan mengubah
apa-apa
Jikalau luka dan kecewa akan menjadi
masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti dibiarkan merasuki
jiwa
Sedang kesabaran dan ketabahan adalah
lebih utama
Jikalah kebencian dan kemarahan akan
menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa
Sedang menahan diri adalah lebih
berpahala
Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu
pada akhirnya
Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya
Sedang taubat itu lebih utama
Jikalah harta akan menjadi masa lalu
pada akhirnya
Maka mengapa mesti ingin dikukuhi
sendiri
Sedang kedermawanan justru akan
melipatgandakannya
Jikalah kepandaian akan menjadi masa
lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti membusung dada dan
membuat kerusakan
Sedang dengannya manusia diminta
memimpin dunia agar sejahtera
Jikalau cinta akan menjadi masa lalu
pada akhirnya
Maka mengapa mesti ingin memiliki dan
selalu bersama
Sedang memberi akan lebih banyak menuai
arti
Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu
pada akhirnya
Maka mengapa mesti dirasakan sendiri
Sedang berbagi akan membuatnya lebih
bermakna
Jikalah hidup akan menjadi masa lalu
pada akhirnya
Maka mengapa mesti diisi dengan
kesia-siaan belaka
Sedang begitu banyak kebaikan yang akan
dicipta
Suatu hari nanti, saat semua telah
menjadi masa lalu
Aku ingin ada di antara mereka
Yang beralaskan di atas permadani
Sambil bercengkrama dengan tetangganya
Sambil bercerita tentang apa yang
dilakukannya di masa lalu
Hingga mereka mendapat anugerah itu
Sumber:
Buku materi Asistensi Agama Islam edisi Move
: Jadilah muslim progresif!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar