Minggu, 15 April 2012


 Jalan Cinta Para Pejuang
(Salim A. Fillah)

Di sana, ada cita dan tujuan
Yang membuatmu menatap jauh ke depan
Di kala malam begitu pekat
Dan mata sebaiknya dipejam saja
Cintamu masih lincah melesat
Jauh melampaui ruang dan masa
Kelananya menjejakkan mimpi-mimpi

Lalu di sepertiga malam terakhir
Engkau terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu
Melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
Dengan cita yang besar, tinggi, dan bening
Dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
Dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
Dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati

Teruslah melanglangdi jalan cinta para pejuang
Menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban,
Menyeru pada iman
Walau duri merantaskan kaki
Walau kerikil mencacah telapak
Sampai engkau lelah, sampai engkau payah
Sampai keringat dan darah tumpah

Tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
Di jalan cinta para pejuang

Tentang wanita


Posisi kaum perempuan di mata Islam
Akhir-akhir ini banyak pemberitaan di media kita mengenai pelecehan terhadap perempuan. Mulai dari bis trans-Jakarta maupun angkutan kota (Angkot). Perasaan miris saat kita mendengarnya. Tetapi itulah yang terjadi (fakta). Tak hanya di kedua angkutan umum tadi, di kereta api pun pernah terjadi pelecehan terhadap perempuan. Penulis bahkan pernah menyaksikan tindakan tersebut : “ saat itu penulis hendak melakukan perjalanan panjang dari Jombang-Bandung dengan memakai kereta ekonomi jurusan Surabaya-Bandung. Saat itu penulis dan para penumpang yang duduk di samping dan depan penulis, melihat seorang pemuda yang tertidur dengan pulas dipangkuan seorang pemudi. Kami mengira bahwa mereka suami istri atau “pacaran”. Namun setelah pemuda tadi pergi dan lama tidak kembali, bapak yang berada di samping tempat duduk saya berinisiatif bertanya kepada sang pemudi. “dek, ayangnya mana? Kok gak balik lagi dari toilet”. Perempuan itu menjawab “Bukan siapa-siapa saya kok pa, saya gak kenal”. Kok mau-maunya ya!! Perempuan itu menjelaskan kepada kami, kalau laki-laki yang tadi tidur di pangkuannya tidak dia kenal, dia takut kalau tidak menuruti keinginan si laki-laki tersebut takut diapa-apain..nah loh!! Kalau sudah ada kejadian seperti itu penyebab dan solusinya apa??
Pasti setiap kejadian ada sebabnya. Kalau terjadi tindakan pelecehan seperti itu siapa yang salah? Banyak yang berpendapat kalau perempuannya tidak bisa menjaga dirinya sendiri (memakai pakaian yang tidak menutup aurat), Kok jadi ceweknya yang disalahin!! Pasti para wanita langsung marah,,hem.
Kalau penulis melihat memang kejadian yang penulis lihat itu bisa menjadi salah satu faktornya karena didekat tempat duduk ane, ada perempuan yang berjilbab gak ada yang berani ganggu perempuan tersebut. Ya sudahlah kalau nyari siapa yang salah, gak ada yang mau disalahkan. Penulis akan sedikit mengulas mengenai solusi dan bagaimana sebenarnya agama islam memandang hal demikian?
Mari kita pahami  salah satu firman-Nya:
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka! (Al Ahzab: 59)
Dari firman Allah swt di atas kita bisa mengetahui bagaimana islam memandang seorang wanita. Bahkan dalam sejarah islam dijelaskan bagaimana orang-orang arab pada masa jahiliah memperlakukan seorang perempuan dengan semana-mana, banyak terjadi pelecehan. Hingga datang islam melalui ajaran yang Rosululloh SAW bawa, bahwa perempuan itu sangatlah istimewa, diibaratkan sebagai permata yang berkilauan, yang bisa menimbulkan rasa ingin memiliki bagi siapa saja yang melihatnya. Oleh sebab itu, Allah swt memerintahkan para wanita untuk menjaga dirinya dengan cara menutup aurat mereka secara sempurna. Menutup ya, bukan membungkus..beda lho!! Selain itu Allah swt memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk menundukkan atau pandangannya, ketika melihat lawan jenis yang bukan mahramnya.
Karena pandangan memang begitu pentingnya mempengaruhi kehidupan seseorang, maka Islam sebagai agama yang sempurna, punya aturan soal ini. Simak dalam surah An-Nuur ayat 30-31, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat “. Dan pada ayat berikutnya “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya” .
Dari kedua ayat ini jelas bahwa menjaga pandangan dan menahan kemaluan harus dilakukan baik oleh kaum laki-laki maupun perempuan yang beriman. Pandangan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah suatu pandangan yang mana pelakunya melakukannya secara berlebihan, penuh nafsu dan bukan pada tempatnya. Seperti memandang lawan jenis dengan berlebihan. Begitu pula halnya dengan menjaga kemaluan. Seorang yang beriman tentu terikat dengan aturan-aturan yang sesungguhnya akan menyelamatkannya dari hal-hal yang merugikan. Karena dengan kemaluanlah seseorang dapat terjerumus ke dalam dosa besar. Dengannya seseorang dapat mencelakan orang lain, dan dengannya pula seseorang dapat menghancurkan masa depannya, baik di dunia maupun di akhirat. Tetapi dengannya lah seseorang mendapatkan kebaikan apabila menggunakannya sesuai dengan aturan yang berlaku.
Untuk kasus di atas ada Sabda Rosululloh SAW :
“Seorang perempuan tidak boleh bepergian kecuali bersama suaminya atau mahramnya” (HR Bukhori dan Muslim dari Ibnu Abbas).
Solusi supaya gak jadi tindak pelecehan tersebut :
Bagi kaum perempuan tutup aurat antum dan jangan bepergian jauh (keluar rumah sendiri) harus dengan mahramnya.
Bagi laki-laki jagalah pandangannya
Perbaiki sarana angkutan umum, contonya bus trans-Jakarta sudah menerapkan antrian buat laki-laki dan perempuan dipisahkan. Untuk tempat duduk di angkutan umum harusnya begitu juga.
Bagi teman-teman yang mempunyai solusi yang lebih konkrit atau tidak setuju dengan pendapat saya silakan memberikan sarannya!

Jadilah muslim progresif


Untukmu, untukku, untuknya, kita…
Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa?
Sedang ketegaran akan menjadi lebih indah dikenang nanti

Jikalah sedih akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa tak dinikmati saja
Sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa

Jikalau luka dan kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti dibiarkan merasuki jiwa
Sedang kesabaran dan ketabahan adalah lebih utama

Jikalah kebencian dan kemarahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti diumbar sepuas jiwa
Sedang menahan diri adalah lebih berpahala

Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya
Sedang taubat itu lebih utama

Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri
Sedang kedermawanan justru akan melipatgandakannya

Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti membusung dada dan membuat kerusakan
Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia agar sejahtera

Jikalau cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama
Sedang memberi akan lebih banyak menuai arti

Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti dirasakan sendiri
Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna

Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya
Maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka
Sedang begitu banyak kebaikan yang akan dicipta

Suatu hari nanti, saat semua telah menjadi masa lalu
Aku ingin ada di antara mereka
Yang beralaskan di atas permadani
Sambil bercengkrama dengan tetangganya
Sambil bercerita tentang apa yang dilakukannya di masa lalu
Hingga mereka mendapat anugerah itu
Sumber:
Buku materi Asistensi Agama Islam edisi Move : Jadilah muslim progresif!
Be the winner
(Panduan mencapai kesuksesan dalam segala sisi kehidupan)
karya Tarmizi Yusuf

Buku ini menjelaskan tentang apa dan bagaimana hubungan shalat dan kemenangan, kesuksesan, atau keberhasilan?
Dalam firman Allah Swt Q.s Al Mu'minuun: "Sesungguhnya beruntunglah (menang) orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yanam shalatnya"
Apa yang dimaksud dengan menang, beruntung atau sukses itu?
Menurut Andrew Carnegie, industrialis yang terkemuka di Amerika yang dikutip oleh Samuel A. Cypert dalam bukunya 17 prinsip keberhasilan, "Orang yang sukses adalah orang yang mau bekerja lebih banyak daripada yang harus dikerjakan".
Menurut John C.Maxwell dalam bukunya perjalanan sukses: "Sukses adalah sebuah perjalanan."
Menurut Tarmizi Yusuf, sukses artinya mampu mengatasi segala rintangan, mencapai impian, sekecil apapuncita-cita kita.
Orang yang shalat seharusnya bisa mencapai sukses. Jika tidak bisa, walaupun kita sudah menunaikan shalat, berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan shalat kita.

Prosedur Shalat dan Keberhasilan
Pertama: menentukan arah kiblat (Menetapkan tujuan hidup)
Kedua : Berwudlu sebagai persiapan shalat (Membuat persiapan sebelum melakukan aktivitas)
Ketiga : Mencari tempat yang suci (Diperlukan lingkungan yang kondusif)
Keempat : Berniat menjalankan shalat (Setiap perbuatan ditentukan oleh niat dan komitmen yang kuat)
Kelima : Berdiri apabila kuasa dan melakukan setiap gerakan shalat (Kegiatan merupakan aktivitas yang dinamis)
Keenam : Mengucapkan takbir, membaca Alfatihah dll (Perlunya berbicara dan komunikasi)
Ketujuh : Khusyuk dengan penuh konsentrasi sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas shalat (untuk menyelesaikan pekerjaan, dibutuhkan konsentrsai)
Kedelapan : Tertib atau mendahulukan yang dahulu sebagai salah satu rukun shalat yang tidak dapat diabaikan (Pekerjaan akan sukses jika dijalankan dengan disiplin)
Kesembilan : lebih afdal bejamaah (sinergis diperlukan untuk mencapai kesuksesan)

"Mari kita respons panggilan shalat untuk merebut kemenangan. Kemenangan adalah hak kita. Sukses milik kita"